26 Februari 2009

Kanker Otak dan Handphone

Di tulis Oleh : Leonardo Paskah Suciadi

Apakah benar handphone bisa menyebabkan terjadinya kanker otak? Pertanyaan tersebut memang sudah sering didiskusikan di media massa beberapa tahun terakhir. Semenjak awal tahun 2000-an yaitu peneliti di suatu negara di Eropa menyatakan hasil penelitiannya bahwa sinyal handphone (khususnya yang ber merk Sony-Erickson) dalam kadar tertentu dapat memicu tumor otak, maka dunia seakan-akan gempar hebat.
Soalnya handphone itu jaman sekarang sudah menjadi sahabat karib bagi masyarakat urban yang mobile dan serba praktis. Awalnya menjadi kebutuhan telekomunikasi dari sekedar say hi ke yayank hingga urusan bisnis (termasuk bisnis narkoba, nah lho?!). Lalu handphone telah menjadi bagian dari dunia mode bagi remaja (terutama mereka yang menganut budaya Jepang-isme) serta penunjuk kelas sosial (kan ada tuh jenis handphone yang cuma di produksi 100 unit dan dijual dengan harga 200 jutaan satu nya oleh perusahaan telekomunikasi di Eropa). Dari sopir mikrolet sampai bos perlente kalau Anda berani meremas saku mereka pasti Anda menjumpai ada handphone. Ada orang yang punya 2 handphone atau bahkan lebih, bahkan saya pernah lihat orang yang sekaligus ngobrol dengan handphone di kedua telinganya. Jadi dengan hasil penelitian seperti itu kita semua bisa kena kanker otak dunk cepat atau lambat?
Menjawab pertanyaan apakah benar gelombang elektromagnetik handphone bisa menyebabkan kanker otak, maka saya mengatakan bahwa belum ada satu penelitian pun yang WHO-approved terkait masalah ini. Kami yang bergerak di dunia medis dalam menghadapi isu-isu seperti demikian menganut paham empirisme, jadi harus mengikuti kebulatan mufakat dari badan-badan nasional ataupun internasional (konsensus). Hal ini disebabkan karena efek apapun terhadap tubuh manusia tidak ada satupun orang peneliti yang sehebat apapun tahu dengan pasti, hanya Tuhan yang tahu dengan pasti karena Ia lah yang menciptakan manusia.
Beda dengan teknisi pabrik mobil, mereka tahu dengan detail semua seluk beluk mobil hasil produksi pabrik mereka, karena mobil memang buatan manusia. Selain itu, penelitian seringkali memakan biaya mahal, jadi sponsor sangat diperlukan, nah hal ini lah yang kadang-kadang membiaskan beberapa hasil penelitian karena adanya ‘pesan-pesan’ sponsor yang bernuansa bisnis-politik tersebut. Jadi lagi-lagi kami mengacu pada konsensus sebagai kemufakatan bersama, walau sebenarnya apa yang ditetapkan konsensus itu barangkali masih kurang tepat dan mungkin 5 tahun lagi bunyinya berbeda. Dunia kedokteran memang banyak kelemahannya, karena lagi-lagi keterbatasan kita untuk mempelajari apa yang bukan hasil ciptaan kita.
Sampai saat ini belum ada penelitian yang menyatakan keterkaitan sinyal handphone dengan kanker otak yang diakui pasti oleh WHO. Kesimpulannya, kami di dunia medis belum dapat memastikannya. Tetapi yang pasti bahwa kanker otak tidak akan terjadi hanya karena pemaparan sinyal handphone semata, karena prinsip terjadinya kanker adalah multifaktorial, ada yang disebut karsinogen serta juga pro-karsinogen (mengenai hal ini dapat dibaca di artikel saya yang berjudul “Tumor atau Kanker? Dan Seputar Terapinya” , yang pernah dimuat di rubrik kesehatan wikimu).
Walaupun demikian, beberapa kesepakatan medis menyatakan bahwa memang sinyal handphone dalam kadar tertentu (belum terukur dan dirumuskan pasti, tapi rata-rata lebih dari 30 menit per hari) dapat mempengaruhi sistem kerja sel-sel saraf di otak kita. Prinsipnya gelombang elektromagnetik yang berdaya magnetis dan elektrik itu dapat sedikit membuat aktivitas listrik sel-sel saraf bingung, serupa dengan saat Anda menyalakan handphone Anda ketika pesawat lepas landas, hal tersebut akan mengacaukan system komunikasi pilot. Hanya otak kita lebih istimewa dan berdaya tahan lebih tentunya dibanding navigasi kokpit pesawat, jadi efeknya baru dirasakan setelah akumulatif (setelah bertahun-tahun), misalnya timbul gejala seperti sakit kepala, pegal dan insomnia (gangguan tidur) berulang-ulang.
Selain permasalahan otak, ternyata beberapa jurnal medis juga pernah memuat tulisan bahwa gelombang yang sama dapat mengganggu kesuburan pria khususnya. Hal ini karena handphone seringkali disimpan dalam saku celana dan lokasi ini berdekatan dengan testis (buah zakar) yang merupakan pabrik sperma.
Lagi-lagi penelitian ini masih belum pasti dan diakui secara luas. Nah yang bisa saya sarankan sekarang, sebaiknya memang kita harus mengurangi waktu aktifnya handphone di kuping kita dengan mengurangi lamanya telpon-an via handphone. Jika hal ini sulit, maka lebih dianjurkan ngobrolnya memakai ear-phone saja, untuk memberi jarak antara handphone dengan otak Anda, sehingga diharapkan radiasinya lebih rendah. Dan bagi kaum Adam, berhati-hatinya terhadap monster kecil yang Anda simpan di balik saku Anda, monster itu bernama monster MADESU (Masa Depan Suram). Jadi lebih baik meletakkan handphone di dalam tas atau di pinggang saja